Niken Khalida Puteri. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Pipa vs Ember


Disuatu desa hiduplah dua orang laki-laki yang bersahabat mereka bernama Embro dan Pipo.Mereka adalah pemuda yang memiliki ambisi yang sangat besar yaitu menjadi orang kaya.


 

Banyak hal yang mereka lakukan untuk meraih mimpi mereka.Embro dan Pipo adalah tipe orang pekerja keras. Mereka tidak takut apabila harus bekerja keras sampai larut malam sekalipun.


 
Suatu hari mereka melihat sebuah lowongan bahwa di sebuah desa sedang membutuhkan 2 orang pembawa air.Sampai pada akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menjadi pembawa air dari sumber mata air yang letaknya di puncak gunung menuju desa.Mereka harus membawa sebanyak-banyak nya air karena semakin banyak air yang dapat mereka bawa,maka semakin banyak pula uang yang mereka dapatkan.Dengan begitu mereka berfikir dapat menjadi orang kaya.


 Akhirnya kepala desa menerima Embro dan Pipo sebagai pembawa air karena desa mereka sedang kekurangan air


 
Waktu terus berlalu mereka yang harus naik turun bukit mengangkut air di dalam ember.Mereka dibayar sesuai banyaknya air yang bisa dikumpulkan.
  

Dan mereka sudah mulai merasakan hasil kerja keras yang mereka kerjakan.




Namun mereka berusaha mencari ide untuk memperoleh uang yang lebih banyak.Embro memiliki rencana untuk membuat ember dengan ukuran yang lebih besar agar lebih banyak air yang dapat dibawa.Terbayang pula uang yang akan ia peroleh untuk membeli seekor sapi dan gubuk idamannya.



Sementara itu Adi juga mencari cara untuk mempermudah mengangkut air karena ia rasa cara yang slama ini ia lakukan kurang efektif dan sangat melelahkan.Akhirnya ia menyusun rencana untuk membangun pipa yang menghubungkan sumber air dengan desa mereka.Dengan begitu air dapat mengalir tanpa harus ia angkut menggunakan ember.


Keesokan harinya…
Pipo dengan antusias menceritakan rencananya kepada Embro. Tapi Embro tidak tertarik dengan ide nya Pito.



Seperti biasa Embro masih melakukan rutinitas yang sama yaitu mengangkut air dengan ember.Sementara Pito meneruskan tekadnya untuk membangun pipa.Namun keadaan tanah yang penuh dengan bebatuan mempersulit pembangunan apalagi ia hanya melakukannya seorang diri.



Perlu waktu yang panjang untuk membangun pipa tersebut.Pipo pun meluangkan akhir pekannya untuk membangun pipa.Tidak mudah, karena tidak ada hasil apa-apa yang tampak di awalnya, bahkan ada masyarakat di sekitar yang mencemooh apa yang dilakukan Pipo.Mereka menyebut "Pipo Gila"Namun hal itu tidak mematahkan semangatnya untuk mewujudkan ambisinya.



Embro sudah mulai dapat menikmati hasil kerja kerasnya. Embro sudah dapat membeli rumah yang lebih besar dan merubah gaya hidupnya dengan pergi ke bar setiap malamnya untuk menikmati hasil kerja kerasnya.



Kini Embro sudah tidak muda lagi,seiring berjalannya waktu.Usianya terus bertambah sehingga semakin sedikit air yang dapat ia bawa.Sementara itu Adi masih terus melanjutkan pekerjaannya.Hari berganti hari tahun berganti tahun sampai akhirnya Pipo dapat menyelesaikan pekerjaannya yang awalnya dianggap mustahil untuk diselesaikan.



Seperti pepatah mengatakan "Berakit-rakit kehulu berenang-renang ketepian.Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian" Akhirnya Pipo dapat memperoleh hasil dari kerja kerasnya selama ini.Kini air mengalir dengan mudahnya ke desa.Penghasilannya pun sangat besar karena jumlah air yang mengalir ke sungai sangat banyak pula.Tak perlu capek-capek mengangkut air lagi bahkan dalam keadaan sedang makan atau tidur pun Pipo akan tetap menghasilkan uang.

"Jika kita memiliki ambisi dan cita-cita.Maka kita harus mewujudkannya dengan usaha dan kerja keras.Apabila kita memiliki ide gila yang akan berdampak baik,kita harus memiliki tekad yang kuat meski dicemooh oleh orang lain.Namun kita juga harus berfikir cerdas dalam bertindak.Agar hasil yang kita peroleh jauh lebih baik" (Niken Khalida)

 -The End-


Writen by: Niken Khalida Puteri

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar