Namanya Maura Askia Azzahra, panggil saja Ara, gadis kecil berkacamata, polos dan berkeingintahuan yang besar.
Ara tinggal di rumah bersama tantenya, yah, Papa dan Mama nya sedang
kerja di luar kota. Mama dan Papa nya jarang ada waktu untuk Ara, itu
sebabnya Ara sering kecewa dengan Mama Papanya.
“Kenapa sih Mama dan Papa gak pernah ada waktu buat Ara, Ara kan
ingin kumpul sama Mama dan Papa, kenapa Mama Papa lebih pentingin
pekerjaannya daripada Ara, Ara ingin sebagian hari-hari Ara ditemenin
Mama dan Papa, cuma sebentar kok, hidup Ara kan gak lama lagi, hufft”,
lagi-lgi Ara mengeluh, tak terasa air matanya ikut menetes.
Ara menderita penyakit kanker darah sejak lahir.
Esok hari sepulang sekolah, tiba-tiba darah keluar dari hidung Ara, ia
langsung bergegas menuju ke kamar, ia tak mau tantenya melihat.
“Tuhan, kenapa darah ini menetes lagi? Ara gak mau sakit Tuhan, Ara
ingin seperti teman-teman yang sehat, Ara jelek, Ara gak mau kerumah
sakit terus, Tuhan Ara cuma ingin sehat, itu aja gak lebih” ucap Ara
yang disusul dengan air mata, kemudian langsung membersihkan darahnya
dan tiba-tiba brukkk.
Esoknya
“Ara dimana? Kenapa Ara di rumah sakit, Ara kan sehat, Ara gak mau
sakit, kenapa suara Ara gak bisa terdengar, hah? Ada Mama Papa dan ada
dokter juga, kenapa Mama dan Papa baru bisa temenin Ara setelah Ara
seperti ini? Tuhan, bantu Ara, Ara ingin bicara sama Mama Papa, Ara
kangen mereka” batin Ara, tiba-tiba suaranya kembali terdengar walau
kelihatan berat. Disitu terlihat Mama dan Papa sedang menatap Ara dengan
air mata.
“Ma Pa” ucap ara.
“Ya sayang” Jawab Mama dengan air mata yang terus mengalir.
“Mama dan Papa jangan sedih, Ara gak mau Mama dan Papa sedih, Ara sayang
Mama dan Papa. Ma Pa terimakasih udah temenin Ara walau baru sekarang,
tapi Ara bangga punya orangtua seperti Mama dan Papa, terimakasih udah
jagain Ara, Mama dan Papa malaikat yang Tuhan titipkan buat Ara, Ara
sayang Mama Papa, selamat berjumpa di surga nanti Ma Pa, bye” ucap Ara
sambil tersenyum.
Mama Papanya tak bisa berkata-kata lagi, mereka hanya menangis melihat anak semata wayangnya tersebut.
Dan lima, empat, tiga, dua, satu, tittt. Ara telah tiada, ia telah bahagia di alam sana.
Cerpen Karangan: Ningrum Trija Kesuma
Facebook: Ningrum Trija Kesuma
Pesan Terakhir
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar